Tanda komputer Windows telah terinfeksi ransomware WannaCry.(hand-out)


Serangan perangkat pemeras WannaCry adalah sebuah perangkat tebusan. Pada Mei 2017, serangan siber skala besar menggunakan perangkat ini diluncurkan, menginfeksi lebih dari 75.000 komputer di 99 negara, menuntut pembayaran tebusan dalam 20 bahasa

Dunia dihebohkan dengan ransomware yang bernama WannaCrypt atau WannaCry. Ransomware ini telah menyandera data-data dari beberapa Rumah Sakit di Jakarta. Seluruh industri yang masih menggunakan Operating System (OS) Windows versi lama pun dilanda kepanikan.

Dimension Data Indonesia bersama NTT Group (induk perusahaan Dimension Data Indonesia), rutin mengeluarkan laporan mengenai keamanan siber yang terangkum dalam Global Threat Intelligence Report (GTIR).

GTIR 2017 menyebutkan bahwa Phising termasuk salah satu serangan siber teratas di tahun 2016. Phising kerap kali digunakan untuk mengelabui seolah – olah datang dari pihak yang memiliki otoritas dengan meminta Anda melakukan verifikasi data pribadi. Phising juga digunakan sebagai metode pengantar untuk mengaktifkan ransomware.

Namun berbicara cara peretasan jamak, Phising sebetulnya merupakan bagian kecil saja dari puncak gunung es jenis serangan siber belakangan ini. Bahkan sadar atau tidak, kita bisa jadi sudah terkena serangan tersebut.

Temuan dari Global Threat Intelligence Report

Berdasarkan GTIR 2017, ancaman siber di industri jasa keuangan dan perbankan mengalami peningkatan yang cukup signifikan setahun belakangan ini.

Data riset terbaru juga mengungkap bahwa serangan siber di sektor keuangan meningkat secara pesat dari hanya 3 persen di tahun 2015 menjadi 14 persen dari semua ancaman yang ada di 2016.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Security Incident Response Team on Internet Infrastructure Indonesia (ID-SIRTII), ancaman siber di semua sektor meningkat setiap tahunnya lebih dari 90 juta ancaman di pertengahan tahun 2016 lalu. 

Grup NTT sebagai induk perusahaan Dimension Data memiliki lebih dari 40 persen kabel internet bawah laut memungkinkan NTT Group di periode 01 Oktober 2015 – 30 September 2016 merekam 3,5 triliun log yang dianalisa dan 6,2 miliar serangan dengan Honeypot dan Sandbox di 100 negara melalui hampir 10 ribu Klien di seluruh dunia termasuk 10 Pusat Operasi Keamanan (Security Operations Centre).

Analisis terhadap serangan retas

Temuan dari GTIR 2017 mengatakan bahwa 63 persen serangan peretasan berasal dari alamat IP di Amerika Serikat. Sedangkan asal serangan dari tempat lain sangat jauh lebih kecil, Inggris menempati peringkat dua sebagai asal serangan dengan hanya 4 persen saja.

Bahkan untuk negara sebesar Tiongkok saja hanya ada 3 persen. Tingginya serangan asal dari Amerika Serikat itu sudah dimulai sejak tahun 2013 lalu. Hal ini disebabkan karena para peretas banyak memanfaatkan fasilitas cloud umum untuk melakukan serangan.

Ini karena fasilitas tersebut sangat murah dan infrastruktur di Amerika tergolong stabil dan mumpuni untuk berbagai macam jenis kegiatan digital.

Bersama industri jasa keuangan dan perbankan, sektor pemerintahan pertama kali di tahun ini menjadi target tertinggi peretasan dengan total serangan sebesar 14 persen yang tahun sebelumnya sebesar 7 persen.

Uang, data – data sensitif personal maupun organisasi hingga data intelijen negara selalu menjadi target pencurian lewat retas. Industri manufaktur merupakan industri berikutnya yang paling banyak diserang dengan 13 persen.

Meski demikian, sebenarnya jumlah serangan retas di seluruh dunia itu justru menurun 35 persen di periode Juli – September 2016. Sayangnya meski jumlah serangannya semakin sedikit, tapi serangan yang ada juga berakibat fatal dengan tingkat kesuksesan semakin tinggi.

Editor : Alfian JOhn


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com
WhatsApp Tanya & Beli Program?