Sumber Gambar: The Big Tech Question
Teknologi masa depan handphone fleksibel diinisiasi oleh Samsung. Samsung mengembangkan layar Super Active Matrix Organic Light Emitting Diode (AMOLED) atau Super AMOLED yang bisa dibengkokkan dan dilipat.
Kedepannya, yang akan menjadi tren bukanlah smartphone dengan bodi tipis, tapi adalah fleksibilitas bodi dengan layar penuh yang memudahkan pengguna menyimpan handphone-nya.
Produk ponsel canggih ini pun sudah bisa dibeli secara luas, seperti Samsung Galaxy Z Flip, Huawei Mate XS maupun Motorola RAZR generasi terbaru
Beberapa vendor ponsel seperti Samsung dan Huawei menghadirkan ponsel layar lipat di pasaran. Ponsel dengan fitur layar lipat ini tampaknya akan semakin populer di tahun ini.
Dilansir dari Howtogeek, ponsel lipat atau ponsel flip telah ada sejak 1990-an dan 2000-an. Namun, lipatan pada ponsel ini bukan berada di layar, melainkan di antara engsel keypad dan layar.
Kini, ponsel lipat sudah tidak membutuhkan engsel pemisah karena lipatan dibuat pada bagian layar. Hal ini dapat terjadi karena teknologi layar fleksibel.
Ponsel layar lipat memiliki kemampuan layar OLED yang fleksibel, terbuat dari layar polimer, dan komponen khusus yang memungkinkan layar ponsel dapat dilipat. Layar diode pemancar cahaya organik (layar OLED) bekerja melalui aliran listrik pada senyawa organik.
Jaringan OLED sangat tipis, fleksibel, berwarna cerah. OLED tidak membutuhkan backlight dan layar OLED mampu menghasilkan warna yang lebih tebal daripada tampilan LED.
ampilan layar yang cerah dan fleksibel ini telah diproduksi terutama oleh Samsung. Contohnya pada Galaxy S7 Edge yang dilengkapi dengan layar OLED melengkung.
Produsen ponsel seperti Samsung dan Royole telah mengembangkan layar OLED sejak 2011. Namun, ponsel layar lipat baru mulai tersedia baru-baru ini.
Butuh waktu lama bagi perusahaan tersebut untuk menciptakan handset dengan kemampuan layar lipat. Hal itu disebabkan karena para pabrikan ponsel juga harus menciptakan komponen-komponen lain pada smartphone yang juga fleksibel.
Salah satunya kaca pada layar. Kaca merupakan benda yang tidak fleksibel. Akibatnya, pabrikan harus mengembangkan layar polimer bendy untuk membuat ponsel yang fleksibel.
Lalu, produsen juga harus mengganti sirkuit dan baterai lithium-ion. Produsen perlu mengganti baterai lithium-ion karena dapat terbakar apabila ditekuk.
Ilustrasi Huawei Mate Xs (Phone Arena)
Selain spesifikasi yang mumpuni evolusi dari smartphone tak lagi terpaku pada desain yang monoton. Kehadiran ponsel layar lipat seakan menjadi terobosan di industri gadget.
Sebut saja, Huawei, Mototola hingga Samsung yang telah lebih dulu memasarkan produk unggulannya menggunakan teknologi layar lipat. Dengan gaya desain yang tak biasa dari smartphone pada umumnya, kehadiran ponsel layar lipat punya daya tarik tersendiri.
Dilansir dari Howtogeek, kaca merupakan benda yang tidak fleksibel. Akibatnya, pabrikan harus mengembangkan layar polimer yang cukup fleksible untuk membuat ponsel bisa ditekuk maupun digulung.
Umumnya ponsel layar lipat memiliki kemampuan layar OLED yang fleksibel dan terbuat dari layar polimer. Lapisan fiber didalamnya yang memungkinkan layar ponsel dapat dilipat.
Di mana layar diode pemancar cahaya organik (layar OLED) bekerja melalui aliran listrik pada senyawa organik. Jaringan OLED yang sangat tipis dan fleksibel inilah yang menghasilkan warna.
Teknologi Layar Lipat (Corning Gorilla Glass)
Tren ini muncul pertama kali ketika, sebuah vendor asal China yang kurang terdengar namanya, meluncurkan ponsel layar lipat pertama di dunia. Di mana Flexpai produk buatan Royole Corporation hadir pertama kali di ajang CES 2019.
Sontak jagat smartphone terkejut dengan aksi produsen bernama Royole Technologies ini. Setelah itu, vendor seperti Samsung, Huawei, Motorola mulai hadir dan menyemarakkan tren ponsel layar lipat ini.
Direktur Strategy Analytics Ken Hyers, bahkan memprediksi jika permintaan ponsel layar lipat akan booming pada 2025 mendatang. Diikuti dengan vendor lainnya yang akan bersaing untuk menghadirkan ponsel model baru.
“Pada 2025, setiap pemain utama harus memiliki portofolio ponsel layar lipat, termasuk Apple,” kata Hyers sebagaimana dikutip dari Ubergizmo.
Editor by : Flqyrd
0 Komentar