Gambar:Hult International Business School
RPA merupakan software “robot” mampu meniru aktivitas manusia di dalam komputer tapi dengan kecepatan dan akurasi hingga seratus persen. Bot RPA dapat login ke aplikasi atau sistem, memasukkan data, mengkalkulasi dan menyelesaikan tugas, lalu ia akan log out dari aplikasi.
Dewasa ini, para praktisi membagi teknologi RPA dalam tiga kategori besar: probots, knowbots, dan chatbots. Probots memroses data dengan mengikuti rule sederhana dan berulang. Sementara knowbots bertugas menjelajah internet untuk mengumpulkan dan menyimpan informasi spesifik tentang pengguna. Chatbots adalah agen virtual yang dapat merespons permintaan pelanggan secara real time.
Istilah “robotic process automation” sendiri mulai terdengar di awal era 2000an. Namun sebetulnya, RPA sudah mulai berkembang beberapa tahun sebelumnya. RPA boleh dibilang merupakan evolusi dari tiga teknologi utama: screen scraping, workflow automation, dan artificial intelligence.
Screen scraping adalah proses mengoleksi data screen display dari aplikasi legacy sehingga data dapat ditampilkan oleh user interface yang lebih modern. Sementara software workflow automation menghilangkan proses data entry manual sehingga dapat meningkatkan kecepatan, efisiensi, dan akurasi. Sedangkan artificial intelligence adalah sistem kecerdasan buatan yang mampu menjalankan tugas-tugas yang umumnya membutuhkan intervensi dan kecerdasan manusia.
Jalankan Tugas Repetitif
RPA mungkin belum sepopuler software enterprise semacam ERP, CRM, atau BI. Namun menurut data terbaru Gartner, dengan pertumbuhan pendapatan secara global yang mencapai 63,1% atau US$846 juta tahun lalu, Robotic Process Automation adalah software dengan pertumbuhan tercepat di kategori enterprise software. Tahun ini, Gartner memperkirakan permintaan pasar akan mendorong pendapatan software RPA hingga ke angka US$1,3 miliar.
RPA disukai bisnis, terutama karena kemampuannya membantu organisasi beroperasi secara lebih efisien, yaitu dengan mengotomatisiasi pekerjaan manual yang sifatnya repetitif atau berulang. Sifat pekerjaan yang monoton itu dapat menyebabkan produktivitas pekerja menurun.
Ketika terus menerus melakukan rutinitas yang sama, pekerja umumnya akan merasa jenuh sehingga berpotensi melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, otomatisasi proses ini menjanjikan tingkat kesalahan manusia (human error) yang lebih rendah.
Editor:Tobit
0 Komentar