Apa itu Software Development dan Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Software development merupakan istilah yang tidak asing bagi setiap developer atau seorang programmer khususnya dalam membuat sebuah aplikasi atau website. Istilah ini sangat penting dan dibutuhkan setiap membuat sebuah produk. Di dalam sebuah perusahaan maupun startup yang bergerak di bidang IT setiap hari akan berhubungan dengan yang namanya software development.
1. Pengertian Software Development
Dalam segi bahasa, software development merupakan pengembangan sebuah perangkat lunak. Selanjutnya menurut istilah, merupakan proses pengembangan sebuah aplikasi perangkat lunak yang dijalankan secara sistematis sehingga menghasilkan sebuah produk yang baik dan berkualitas.
Di dunia developer sendiri, istilah ini sering disebut dengan Software Development Life Cycle (SDLC). SDLC sendiri merupakan siklus hidup dari pengembangan software. Tujuan dari penggunaan SDLC sendiri adalah untuk membangun sebuah sistem informasi yang direncanakan dengan baik agar memenuhi target produk yang akan dirilis.
2. Fungsi Software Development
Setelah mengenal pengertian, saatnya untuk mengetahui fungsi dari penggunaan software development. Pada bagian ini kami tidak akan menjelaskan panjang lebar. Akan tetapi, kami akan memfokuskan pada beberapa titik sehingga anda dapat memahami lebih mudah tujuan dari penggunaan SDLC sendiri.
Fungsi yang pertama adalah untuk membantu komunikasi antar tim developer dalam pengembangan aplikasi. Hal ini sangatlah penting, karena untuk mengurangi terjadinya miss communication antar tim.
Misalnya dari sisi UI / UX Designer, menjalankan tugas untuk membuat rancangan awal desain sebuah website. Kemudian, pada sisi front end developer dapat menjalankan tugas nya untuk membuat tampilan sebuah website dari hasil rancangan desain murni dari UI / UX Designer. Dan dari sisi back end dapat mengurus bagian database dan server untuk dipakai oleh front end.
Jadi, komunikasi antar tim disini sangat dibutuhkan agar proses pengembangan perangkat lunak dapat berjalan dengan baik dan terarah. Selanjutnya pada fungsi kedua, untuk memberikan tampilan yang jelas mengenai input dan output dalam berbagai tahap pengembangan perangkat lunak.
Tampilan disini sangat diperlukan untuk mengetahui peran dan tugas setiap tim serta membantu meningkatkan kepercayaan dari klien. Hal tersebut sangatlah penting, karena dapat meningkatkan kredibilitas serta kualitas dalam hal pengerjaan setiap proyek yang diberikan.
Software Developer
Setelah mengenal pengertian dan fungsi dari software development, selanjutnya kami akan mengajak anda untuk mengenal apa itu software developer. Tentu dalam pengembangan aplikasi, pasti membutuhkan seorang developer yang terbagi menjadi beberapa tim untuk memudahkan dalam proses pengembangan software.
Dalam setiap perusahaan atau startup, pasti memiliki tim software developer yang bekerja pada setiap bagian. Kami akan menjelaskan beberapa posisi dari software developer yang sering digunakan dalam suatu perusahaan.
Pertama ada UI / UX Designer, tugasnya dalam hal ini untuk melakukan perancangan desain awal dari aplikasi. Selanjutnya front end developer, yang bertugas untuk merubah desain awal dari tim UI / UX Designer ke dalam bentuk kode pemrograman sehingga output yang dihasilkan nantinya dapat ditampilkan pada klien.
Yang ketiga ada back end Developer, yang bertugas untuk membuat basis data serta menyiapkan server agar diberikan kepada tim front end sehingga dapat diakses oleh user / klien. Tim backend sendiri haruslah memiliki pemahaman yang mumpuni mengenai algoritma dan struktur data bahasa pemrograman.
Ada satu posisi lagi yang disebut dengan Full Stack Developer. Posisi ini dituntut untuk dapat bekerja dalam sisi front end dan dari sisi back end. Oleh karena itu, diwajibkan untuk memiliki pengalaman dan komitmen bekerja yang baik agar menjadi full stack developer yang handal.
Jika anda mulai tertarik untuk menjadi seorang software developer, pastikan anda untuk memahami algoritma pemrograman, struktur data dan database. Selain itu, SDLC juga harus anda ketahui agar dapat bekerja sama dengan developer yang lain.
Tahap Software Development Life Cycle (SDLC)
Untuk sekarang, anda telah memahami beberapa posisi dari software developer. Setiap posisi akan mengemban tugas masing – masing. Tidak semua perusahaan maupun startup membutuhkan tim – tim tersebut. Untuk pembagian tim dari software developer sendiri dapat disesuaikan oleh perusahaan masing – masing.
Selanjutnya, masuk pada pengenalan beberapa tahap dari SDLC. Setiap tahap akan kami jelaskan untuk memudahkan anda dalam pemahaman. Tahap SDLC sendiri, bersifat fleksibel dan setiap perusahaan tentunya memiliki sistem pengembangan perangkat lunak yang berbeda – beda. Dikarenakan, untuk tahap software development sendiri disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan produk atau tampilan aplikasi yang sesuai dengan permintaan klien.
Analyze (Analisis)
Pada tahap analisis ini, berfungsi untuk merencanakan rancangan pembuatan software atau aplikasi. Dimulai dari perencanaan alokasi sumber daya, biaya, estimasi waktu pengerjaan, kebutuhan tim, dan lain – lain.
Pada tahap ini seorang Project Manager harus memikirkan matang – matang rencana pengerjaan proyek. Sehingga untuk kedepannya dapat dilakukan dengan baik. Dan yang terpenting, komunikasi dari tim developer dengan pihak manager dapat berjalan dengan selaras dan sinkron.
Design (Desain)
Selanjutnya, setelah melakukan perencanaan dengan baik. Tahap berikutnya adalah proses desain aplikasi. Pada tahap ini, pengembang akan merencanakan seluruh sistem dan merencanakan alur algoritma dengan baik.
Proses desain disini tidak hanya dalam penentuan alur algoritma program. Tetapi, pembuatan desain awal tampilan akan diperhatikan agar saat masuk pada tim developer dapat mengimplementasikan dengan sempurna. Biasanya, tim UI / UX Designer dapat mengerjakan tugas ini untuk segera diserahkan nantinya kepada tim developer.
Implementation (Implementasi)
Tahap ketiga adalah implementasi program. Setelah berhasil menentukan desain awal dari pengembangan aplikasi, selanjutnya akan diserahkan pada tim developer. Di tim software developer sendiri akan dibagi menjadi dua tim besar, front end dan back end.
Setiap tim akan menjalankan tugas masing – masing. Dalam tahap ini masuk pada penulisan kode dengan menggunakan bahasa pemrograman tertentu. Semisal pada pembuatan website tim front end menggunakan bahasa pemrograman seperti HTML, CSS, dan JavaScript. Pada tim back end menggunakan PHP, Apache, SQL, Node.js, dll.
Testing (Pengujian)
Pada tahap keempat setelah menyelesaikan proses pembuatan program, maka akan masuk pada tahap pengujian atau testing. Testing disini lebih pada pengujian program yang dibuat untuk mencari berbagai kesalahan seperti bug, error ataupun permasalahan lain yang dapat muncul dari software tersebut.
Pada beberapa perusahaan besar ataupun startup, biasanya menempatkan tim khusus untuk menangani tahap pengujian. Quality Assurance (QA) merupakan posisi untuk menangani pengujian software. Pengujian dapat dilakukan dengan metode black box maupun white box.
Deployment (Perilisan)
Setelah menyelesaikan tahap testing, selanjutnya masuk pada perilisan produk. Proses deploy ini berarti software atau perangkat lunak telah berhasil dibuat dan siap untuk diserahkan pada klien. Dan untuk selebihnya, klien akan mencoba fungsionalitas dari aplikasi tersebut.
Maintenance (Perbaikan)
Apabila saat proses deployment muncul sebuah problematika baru, maka klien dapat memberikan feedback kepada tim developer. Dan selanjutnya dapat dilakukan tahap maintenance atau perbaikan. Pada tahap ini, pihak pengembang dapat melakukan update versi atau penambahan fitur untuk mengatasi permasalahan dari klien tersebut.
Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Selain memiliki beberapa tahap, software development juga mempunyai beberapa macam metode atau model pengembangan yang memiliki ciri khas yang berbeda. Berikut merupakan tujuh model yang pilih karena tingkat penggunaannya dalam suatu perusahaan.
Model Waterfall
Pada model ini kita analogikan dengan sebuah air terjun. Pastinya, air terjun mengalir dari atas turun kebawah karena gaya gravitasi bumi. Nah, sama dengan metode waterfall yang berarti tahap pengembangan software dilakukan secara bertahap mulai dari awal hingga akhir.
Maksud dari bertahap disini adalah tahap software development tidak dapat dilakukan secara bersamaan. Akan tetapi, dilakukan mulai dari perencanaan terlebih dahulu. Setelah selesai, baru masuk ke tahap desain dan seterusnya.
Apabila mengalami kegagalan, pada salah satu tahap maka akan diulang kembali ke tahap sebelumnya. Ada beberapa perusahaan yang masih menggunakan model waterfall. Pada penggunaan model ini harus diperhatikan ketepatan estimasi waktu dan sumber daya yang dibutuhkan.
Penggunaan model ini biasanya dapat diterapkan untuk proyek dengan skala kecil hingga menengah. Serta tidak membutuhkan biaya maupun sumber daya yang terlalu besar.
Model Spiral
Model ini termasuk memiliki tingkat repetisi yang tinggi. Model pengerjaan dengan model ini berfokus pada setiap repetisi yang dilakukan. Repetisi disini berarti perulangan tiap tahapnya.
Model ini dapat dikatakan sebagai metode SDLC yang paling fleksibel dan sama dengan model iterative. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah dapat memicu ketidakpuasan dari segi customer karena proses pengerjaan yang terbilang singkat.
Disisi lain, metode ini sangat cocok untuk menciptakan produk yang dirilis dengan versi cepat dan murah. Oleh karena itu, anda harus memperhatikan setiap tahap dalam metode spiral ini.
Model RAD
Model RAD (Rapid Application Development) merupakan software development yang cocok untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya investasi yang rendah. Biaya disini dapat diminimalisir karena proses penyesuaian yang cepat dari setiap tahap.
Setidaknya ada empat tahap dari SDLC model RAD ini, yang pertama adalah perencanaan kebutuhan, yang kedua desain, kemudian konstruksi, dan tahap terakhir adalah peralihan (berpindah dari versi lama ke versi baru).
Ketika masuk pada tahap desain dan konstruksi dapat dilakukan secara berulang sehingga dari pihak user atau customer telah mencapai kata sepakat. Developer dapat melakukan repetisi pada tahap desain dan konstruksi tanpa perlu mengulang pada tahap perencanaan.
Model Prototype
Untuk model kali ini sedikit berbeda dengan model – model sebelumnya. Karena, pada model ini menggunakan sebuah prototype. Sehingga yang pertama dilakukan adalah membuat sebuah prototype aplikasi terlebih dahulu.
Sampel tersebut kemudian akan dipresentasikan kepada customer atau klien untuk melakukan kesepakatan. Apabila telah mencapai kata sepakat, maka pengembang atau developer akan membuat produk aslinya sebagai hasil akhir dari proyek tersebut. Metode ini dapat memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan pada model waterfall.
Model DevOps
Model yang kelima lebih menekankan pada budaya organisasi. Maksudnya adalah selain memperhatikan dalam tahap software development, juga memperhatikan kerjasama antar departemen terhadap pengembangan siklus hidup organisasi.
Selain itu juga berpengaruh pada jaminan kualitas, serta operasional dari pengembangan perangkat lunak. Jadi, untuk menggunakan metode ini diperlukan pengetahuan lebih dengan manajemen sebuah organisasi serta kerjasama tim yang baik. Agar setiap departemen atau tim dapat melaksanakan tugas masing – masing dengan baik dan tepat.
Model Incremental
Nah, berikutnya masuk pada model yang dapat dibilang melibatkan pengembangan model yang lain. Pada setiap siklus tersebut dibagi lagi menjadi siklus – siklus kecil. Pengulangan tersebut dapat diatur dengan mudah serta telah melewati berbagai tahap perencanaan, desain, implementasi serta pengujian.
Model Agile (Scrum)
Model yang ketujuh merupakan salah satu model dengan penggunaan model yang paling sering digunakan oleh perusahaan maupun startup. Karena model ini dirasa paling cocok untuk diterapkan dalam pengembangan produk atau software dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Jenis agile yang paling sering digunakan adalah metode scrum. Kelebihan scrum disini terlihat dari penggunaan sprint. Sprint disini merupakan sebuah proses yang dilakukan secara bertahap. Kelebihan yang lain disini adalah setiap tim dapat melakukan kerja secara bersama – sama tanpa perlu menunggu salah satu tim untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Terlebih lagi setiap 1 hingga 2 minggu akan selalu dilakukan koordinasi mengenai hasil dari pengerjaan tiap minggu yang dilakukan oleh project manager. Kemudian, customer juga dapat melihat hasil dari pengerjaan tiap tim untuk ditampilkan agar dapat terjadi kesepakatan antara tim pengembang dengan klien.
Editor: Kapersa