5 SKILL INI BANTU KAMU BERSAING DENGAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE, AYO SIMAK! 

“Manusia akan selalu unggul dari mesin karena kita punya kearifan,” kata Jack Ma pendiri Alibaba Group pada acara Konferensi Alibaba Cloud Computing di tahun 2017. Pernyataan tersebut berkaitan erat dengan isu ‘manusia vs robot’ di tengah kemajuan dunia. Semenjak beberapa dekade ini banyak perubahan mendasar dalam tatanan kehidupan manusia. Mulai dari tahap industrialisasi, IoT, hingga kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). 

AI merupakan sistem yang didasari oleh deep learning dan machine learning (ML) yang merujuk pada algoritma komputer yang dilatih untuk memecahkan masalah. Dasar dari algoritma itu sebenarnya adalah matematika, khususnya statistika yang saat ini dikombinasikan dengan berbagai persamaan di bidang-bidang lain. Terdapat beberapa tipe ML, mulai dari tipe yang dilatih oleh manusia dengan data yang ada atau bahkan belajar sendiri tanpa data. Di balik itu semua, ada kekhawatiran yang mendasar akan disrupsi yang diciptakan oleh persaingan dengan AI.

Lalu, bagaimana cara kita bersaing dengan AI di masa yang akan datang? Berikut 5 skill yang harus kamu punya!

Menciptakan AI

Cara paling sederhana untuk bersaing dengan AI adalah tidak bersaing dengannya. Daripada bersusah payah untuk bersaing dengan perubahan yang cepat ini, ada baiknya untuk mulai berdamai dengan AI. Kalau kamu masih di tahap memilih jurusan kuliah atau jalan karir, menjadi creator AI merupakan salah satu pilihan yang bagus. Betul, cara paling sederhana menang bersaing dengan AI adalah mengendalikan dan menciptakannya.

Saat ini, disrupsi sangat cepat. Sebelumnya mungkin manusia tidak pernah terbayang mengenai peradaban manusia yang kian maju. Bertahan atau bahkan memimpin arus perubahan menuntun kita pada satu pilihan. . Mengendalikan perubahan dengan menjadi perubahan itu sendiri.

Memanfaatkan AI

Pada dasarnya, AI diciptakan untuk membantu aktivitas manusia. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lahirnya AI menjadi momok bagi sebagian orang. Hal ini karena AI dapat menggantikan mereka untuk menjalankan suatu pekerjaan dengan lebih cepat dan efisien. Di sisi lain ada orang yang berbahagia karena keberadaan AI  memberikan dampak positif yang banyak. Pertanyaan mendasar selanjutnya yang muncul adalah, kamu mau berada di sisi orang yang tergantikan atau menjadi orang yang memanfaatkan AI?

Jika tidak ingin ‘terlindas’ ataupun ‘tertabrak’ oleh AI, maka jangan berjalan kaki di tengah jalan, tapi jadikanlah AI sebagai kendaraan. Di bidang apapun kita bekerja, AI menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan perubahan yang lebih baik. Di masa yang serba cepat ini semua hal berubah dengan cepat, satu hal yang pasti hanya perubahan itu sendiri. Maka kita dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan menggunakan AI. Salah satu contoh sikap adaptif adalah layanan taksi Blue Bird. Di tengah maraknya perkembangan taksi online, mereka tidak bersaing mati-matian mempertahankan sistem konvensional, namun berdamai dan ikut beralih online.

Memiliki Value

Di sisi lain, manusia punya banyak keunggulan dibanding AI. Seperti kata Jack Ma, manusia memiliki kearifan (wisdom). Sejatinya kearifan inilah yang menjadi inisiator penciptaan AI. Kearifan ini juga membentuk penyimpanan yang berisikan nilai-nilai sebagai manusia. Contohnya, nilai CHAIN (caring, humility, achieving, integrity, dan non-discrimination) yang ditanamkan di Prasmul.

Nilai-nilai ini tidak dapat dimiliki oleh AI, hal yang sangat mendasar dimanapun tempat kita berkarya. Nilai-nilai ini mendasari kecerdasan manusia yang lain, karena manusia tidak hanya intelek. Mungkin AI bisa punya IQ yang lebih baik dari manusia, namun tidak untuk EQ (emotional quotient), SQ (spiritual quotient), dan yang terbaru yaitu DQ (digital quotient). Melalui kecerdasan-kecerdasan ini manusia dapat lebih unggul dari AI. 

Berkolaborasi

Bekerja sama untuk membentuk satu kesatuan merupakan kekuatan mutlak. Semangat bekerja sama sering ditanamkan di berbagai perusahaan, instansi pendidikan, organisasi, dan masyarakat. Kenapa kerja sama atau kolaborasi menjadi esensial? Kolaborasi merupakan langkah menyatukan berbagai kekuatan dari berbagai individu. Manusia bukanlah insan yang mampu melaksanakan hal dengan baik di seluruh bidang, namun melalui kerja sama manusia mampu menaklukan berbagai hal. Hal ini sudah banyak disadari, bahkan kearifan lokal Indonesia gotong royong membawa semangat yang sama.

Namun, tidak semua kolaborasi dan kerja sama berjalan dengan baik, kadang kepala yang berbeda menimbulkan gesekan. Dibutuhkan keterampilan interpersonal relationship untuk saling memahami dan terhubung dalam satu tim. Keterampilan ini juga ditanamkan sebagai karakter di Prasmul. Tak heran, semangat kolaborasi tertanam mendalam sebagai respon dari tuntutan industri yang membutuhkan ready talent yang terbiasa dengan kolaborasi. Kekuatan yang dihasilkan dari kolaborasi yang terlatih ini merupakan jawaban mutlak untuk bersaing dengan AI.

Berimajinasi

Skill terakhir yang sangat penting untuk bersaing dengan AI adalah berimajinasi. Betul, terdengar sedikit aneh tapi percaya atau tidak semua inovasi berawal dari mimpi dan imajinasi. Orang-orang besar dengan pemikiran besarnya juga memiliki mimpi besar. Mimpi ini semua berasal dari imajinasi liar yang mendobrak hal-hal rutin yang dilakukan setiap hari. Barangkali kita dulu pernah berimajinasi kota metropolitan dipenuhi mobil terbang, sekarang perusahaan Jepang sudah memulai.

Optimisme terhadap mimpi merupakan ‘bahan bakar’ perkembangan peradaban manusia.  Namun, memang perlu dicatat mimpi tidaklah cukup, diperlukan tindakan dan percobaan untuk mewujudkan mimpi ini. Melalui mimpi-mimpi yang kita punya, kita menciptakan inovasi melalui kreativitas yang tidak dimiliki AI. Bahkan mampu mendahului kemampuan AI.

EDITOR : SYASYA

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
WhatsApp Tanya & Beli Program?